*/mentang-mentang kuliah di SBM mode - on*


Pernah kebayang gak kenapa rupiah yang kita pegang rasanya kurang sreg kalau dibandingkan dengan pegang mata uang negara sebelah? Apa sih yang bisa di beli dengan uang 1.000 Rupiah kita, jika, katakanlah, dibandingkan dengan 1.000 Dolar Singapura atau 1.000 Ringgit Malaysia?

Tentu saja, sangat berbeda sekali! Ya, uang kita sempat kolaps dan inflasi gila gilaan pernah melanda negara kita.

Mau tahu 10 Mata Uang yang paling TIDAK BERHARGA di dunia?

1. Zimbabwean Dollar (1 USD - 642.371.437.695.221.000 ZWD)
2. Somalian Shillings (1 USD - 30.000 SOS)
3. Turkmenistan Manat (1 USD - 24.000 TMM)
4. Vietnamese Dong (1 USD - 16.700 VND)
5. São Tomé Dobra (1 USD - 14.000 STD)
6. Laos Kip (1 USD - 10.500 LAK)
7. Iranian Riyal (1 USD - 10.000 IRR)
8. Indonesian Rupiah (I USD - 8.900 IDR)
9. Guinean Franc (1 USD - 5.100 GNF)
10. Paraguayan Guarani (1 USD - 4.600 PYG)

Memalukan memang, tapi memang pada nyatanya mata uang kita dianggap sebagai salah satu dari mata uang yang paling tidak berharga di dunia ini.

Ternyata bukan hanya kita aja yang malu, Bank Indonesia juga. Isu redenominasi sebenarnya sudah bergulir dalam intern bank, tadinya isu ini disimpan rapat-rapat untuk menghindari cakap-cakap buruk di masyarakat, dan untuk menghindari kekhawatiran masyarakat berlebihan juga.

Jadi, sebenarnya apa itu redenominasi?

Banyak orang yang salah sangka, mengira bahwa redenominasi itu sama dengan senering, padahal bukan. Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang, bukan pengurangan nilai mata uang (Senering). Berikut adalah perbedaan Senering dan Redenominasi.

Jika pemerintah melakukan senering:
Andaikan seseorang bernama Dekla memiliki uang sebanyak 10.000.000 Rupiah yang akan dibelikan untuk laptop barunya, tiba tiba pemerintah mengumumkan senering sebanyak lima puluh persen, maka uang Dekla yang tadinya 10.000.000 rupiah turun nilainya menjadi 5.000.000, sementara laptop tetap berharga 10.000.000 (yang setelah senering, 20.000.000), maka Dekla tidak bisa membeli laptop barunya karena hartanya sudah dipotong sebagian.

Jika pemerintah melakukan redenominasi:
Andaikan seseorang bernama Shara memiliki uang sebanyak 10.000.000 Rupiah yang akan dibelikan untuk sebuah keyboard, pemerintah mengumumkan redenominasi ke nilai paling rendah, maka uang Shara akan tersebut sebagai 10.000, namun nilainya tidak akan berubah, karena keyboard yang akan ia beli juga harganya disederhanakan dari 10.000.000 menjadi 10.000.

Redenominasi sendiri juga menawarkan banyak keuntungan, diantaranya yang paling penting adalah simplifikasi penghitungan. Bank tidak perlu lagi repot repot menambahkan angka 0 banyak banyak di buku tahunannya, selain itu juga mata uang kita akan terlihat lebih gagah di mata dunia, katakan, sekarang 100 Yen = 8.000 Rupiah, maka jika redenominasi dilakukan, 100 Yen = 8 Rupiah, jauh terdengar lebih baik, bukan? Ini juga akan memengaruhi niat investor untuk menanamkan investasinya dalam mata uang kita di pasar valuta.

Tentu saja, redenominasi sendiri bukanlah tanpa cela. Ada negara yang berhasil melakukan redenominasi dan sekarang mata uangnya berdiri gagah, sebutlah Romania. Tapi ada juga negara yang gagal dan hasil redenominasi pada akhirnya diredam oleh kepanikan dalam negeri yang sebenarnya tidak perlu. Selain itu juga, jika redenominasi dilakukan di Indonesia, negara ini yang kondisinya masih semerawut belum tentu bisa menangani peredaran uang yang sudah ada (karena harus ditarik seluruhnya), dan para pencari untung yang terlalu kapitalis bisa saja menimbun barang sehingga ekonomi Indonesia hampir mungkin mati suri, jika redenominasi tidak dilakukan di waktu dan dengan aturan yang tepat.

Menurut anak-anak Vixep sendiri, perlukah kira-kira Rupiah di redenominasi?

Setuju!! saya pengen redenominasi~!!
Tapi kalo boleh nominasi tetep..
harga nurun.. jiah, nawar..
tapi kayaknya kalau 0 nya dikurangin kayaknya keren..
buset!! nomer 8 tidak berharga sedunia~!?
jadi kalau kita redenomisasi kita bisa naik??
Thanks..

yaden_chandra wrote:

Setuju!! saya pengen redenominasi~!!
Tapi kalo boleh nominasi tetep..
harga nurun.. jiah, nawar..
tapi kayaknya kalau 0 nya dikurangin kayaknya keren..
buset!! nomer 8 tidak berharga sedunia~!?
jadi kalau kita redenomisasi kita bisa naik??
Thanks..

Akan naik jauh sekali pastinya, jika tadinya 1 USD = 8.900, maka setelah redenominasi, 1 USD = 8 Rupiah 90 Sen. Walaupun sakit hati juga kalau nanti lihat Ringgit Malaysia, dan kalau dihitung setelah redenominasi, 1 MYR tetap saja 2 Rupiah 50 Sen. Setidaknya dengan redenominasi Rupiah bisa kembali ke pasar valuta (mata uang) global sebagai salah satu mata uang yang diperhitungkan.

Vsio wrote:

Oh jadi fakultas SBM juga membahas masalah ini juga ya... menarik...

Btw.... boleh saja sih redenominasi rupiah karena dengan nominasi sekarang...wa anggap terlalu mahal kelihatannya...

Btw... itu dapat dari mata kuliah mana?

Nilainya sih bang Vsio, yang rendah. Kalau untuk mahal gak mahal, itu beda lagi, ntar masuknya ke daya beli. Ini ane pertama lagi baca-baca di perpustakaan SBM, kebetulan aja ada TEMPO edisi baru yang ngebahas itu, gambarnya ada uang 1000, 0-nya hilang tiga, "100 Rupiah - Dari Sampah Jadi Gagah" nah ane baca aja itu. Tadi pagi juga kebetulan kita (sebagai anak IPS) bahas soal itu sebentar, karena sempat dibicarakan sama tutor mata kuliah IMSB waktu lagi pembukaan tutorial.

Hmm... Back to the Past... ehh??

Berarti jika negara kita berhasil melakukan redenominasi maka gaji kita dalam sebulan yang biasanya 1 juta rupiah menjadi 1.000 rupiah saja? (wow)

jadi kepikiran ini:
Misalkan ada orang anggap saja si A berhutang sama si B sebanyak 100.000 rupiah (ga usah berjuta2 deh) sebelum redenominasi, Nah setelah redenominasi si B nagih gini
"WOY, A mana hutangmu 100 ribu, sini aku lagi ada perlu"
mengingat bahwa uang telah di redenominasi maka si A ngejawab
"EHH?? Gak dikurangin ya? Sekarang kan gaji cuma 1.000 rupiah/bulan.. Mana mungkin kubayar tuh!"

"ITU SIH TERSERAH LO! Yang penting gua maunya yang kemaren, 100rb titik"
Nah loh manusia macam apa ini coba? Keliatannya akan terjadi banyak seperti ini.. Kalau udah gini mau diapain tuh orang? Mana orangnya pejabat lagi.. (loh kok tiba2 jadi pejabat?)

Quote :

Yah kalo ketemu di kill aja tuh orang biar ga jadi masalah

~nice idea~
HUSS...

yukitou wrote:

Misalkan ada orang anggap saja si A berhutang sama si B sebanyak 100.000 rupiah (ga usah berjuta2 deh) sebelum redenominasi, Nah setelah redenominasi si B nagih gini
"WOY, A mana hutangmu 100 ribu, sini aku lagi ada perlu"
mengingat bahwa uang telah di redenominasi maka si A ngejawab
"EHH?? Gak dikurangin ya? Sekarang kan gaji cuma 1.000 rupiah/bulan.. Mana mungkin kubayar tuh!"

"ITU SIH TERSERAH LO! Yang penting gua maunya yang kemaren, 100rb titik"
Nah loh manusia macam apa ini coba? Keliatannya akan terjadi banyak seperti ini.. Kalau udah gini mau diapain tuh orang? Mana orangnya pejabat lagi.. (loh kok tiba2 jadi pejabat?)]

Solusinya gampang kalau gitu, kan ada jeda waktu selama kurun waktu minimal satu tahun untuk penarikan mata uang tuh. dimana mata uang lama sama baru dua-duanya berlaku (masa transisi dan penarikan mata uang total). Nah, kan gak mungkin semua uang ente langsung dituker begitu aja, ada prosesnya juga. Bayar aja dia pake uang 100.000 yang lama, tetep aja sama nilainya 1.000 juga.

Emang sih, ibu ane juga bilang kalau dia bakal ngerasa aneh, yang biasanya nerima x, sekarang nerima x/1000. Tapi toh, nilainya tetap sama. Dan kita akan sedikit lebih bangga untuk nunjukkin mata uang kita, apalagi terhadap Yen Jepang.

bagus juga klo menurut ku
nominal rupiah kita memang kayaknya kebanyakan daripada nilai kegunaannya.
100.000 disini bisa buat beli Kipas Angin, klo 100.000 Yen buat... O.o

saya sih biasa saja
wong jumlahnya tetep sama

tp sebaiknya

simpan uang kalian skrg

biar di masa depan jadi uang langka
like i did
wa nyimpen uang 500 monyet , uang pak harto , uang uang 1970 - 1999